1. Sinopsis Novel "Di Ujung Jalan Sunyi" Karya Mira W.
“Ketika diceraikan suaminya, Adel didera perasaan rendah diri. Umurnya sudah empat puluh empat. Sudah hampir mati haid. Dia merasa sudah tua, dan tidak menarik lagi. Dan suaminya, yang memang lebih muda darinya, memilih seorang wanita yang lebih pintar, lebih cantik, lebih muda, lebih agresif.
Dalam keadaan depresi muncul seorang laki-laki yang menaruh perhatian kepadanya. Laki-laki yang membangkitkan kembali harga dirinya yang runtuh. Laki-laki yang membuatnya sadar bahwa wanita tetap bisa tampil menarik walaupun usianya sudah kepala empat....
Mengisahkan seorang janda beranak dua diambang monopause. Dalam kesepian dan kekecewaan dia dihadapkan pada dua pilihan. Menerima kembali bekas suaminya yang ingin rujuk. Atau menerima lamaran psikiaternya yang sudah banyak membantunya.... Tetapi yang terjadi kemudian benar-benar di luar dugaan siapa pun.....”
2 Unsur Struktural Novel “Di Ujung Jalan Sunyi” Karya Mira W.
- Tema
Tema merupakan gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra (Sudjiman 1992 : 52). Pada hakikatnya tema merupakan makna yang dikandung cerita, atau secara singkat disebut makna cerita. Makna cerita dalam sebuah karya sastra mungkin saja lebih dari satu, atau lebih tepatnya lebih dari satu interpretasi. Hal inilah yang menyebabkan tidak mudahnya untuk menemukan tema pokok cerita.
Tema yang terdapat dalam novel “Diujung Jalan Sunyi” karya Mira W. Adalah penderitaan seorang wanita dalam menjalani kehidupan perkawinannya. Dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini:
“Hiskia tidak pernah tergoda oleh perempuan mana pun. Sampai dia bertemu dengan wanita itu… dan mulailah rentetan kebohongannya. Pulang terlambat. Makan malam dengan relasi. Meeting di luar kota. Dan Adel yang lugu tidak pernah mengira, disitulah awal kehancuran rumah tangganya…(DJS hal. 65)
Dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa kehidupan rumah tangga Adel mulai menuju kehancuran karena Hiskia tergoda oleh perempuan lain dan Adel telah dibohongi oleh Hiskia.
Kutipan lain yang mendukung dapat dilihat dibawah ini:
“Apa sebenarnya kesalahanku, pikirnya penasaran. Gemas, sedih. Mengapa istri-istri lain dapat menjaga suaminya, aku tidak?
Sudah begitu jelekkah aku sampai suamiku sudah tidak tertarik lagi padaku? Sampai dia berpaling pada wanita lain?
Tetapi bagaimana aku dapat menjaga keutuhan rumah tanggaku jika aku tidak dapat mempercayai suamiku sendiri? Hiskia-lah yang menyia-nyiakan kepercayaan itu! Dia yang menyeleweng… atau … dia yang terjebak?
O, betapa sakitnya membiarkan suaminya diambil orang! Betapa terhinanya! Melihat seorang perempuan lain… lebih muda… lebih cantik… merampas laki-laki yang dicintainya! Suaminya. Ayah anak-anaknya!(DJS hal. 81)
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Adel sangat sedih tidak dapat menjaga suaminya dan merasa dirinya sudah jelek sehingga suaminya berpaling pada wanita lain yang lebih muda, lebih cantik.
Kutipan lain yang mendukung, di bawah ini:
“Adel jatuh pingsan ketika mendengar berita yang memilukan itu. Jalan sunyi yang dikiranya telah ditempuhnya sampai ke ujung itu ternyata masih terbentang panjang didepannya. Dan dia terpaksa menelusurinya seorang diri lagi. Hanya bersama kedua orang anaknya. Yang lain menderita karena kehilangan ayahnya. Kali ini, kehilangan untuk selama-lamanya.
Mengapa wanita sebaik Adel harus menderita seberat ini? Umurnya belum ada setengah abad. Tetapi dia telah dua kali kehilangan suami. Kedua-duanya tewas dalam kecelakaan yang mengerikan…”(DJS hal. 202)
Kutipan tersebut menunjukkan penderitaan Adel ternyata tidak pernah berhenti. Dia kembali kehilangan suaminya karena tewas dalam kecelakaan dan harus kembali menjalani kehidupan hanya dengan ke dua anak-anaknya.
- Amanat
Amanat merupakan suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang dari sebuah karya sastra. Amanat yang terkandung dalam novel Di Ujung Jalan Sunyi karya Mira W. yaitu bahwa perselingkuhan dan kebohongan merupakan awal kehancuran sebuah rumah tangga, oleh karena itu setiap pasangan harus sadar untuk tidak melakukannya agar tidak menyesal dikemudian hari. Amanat lain yang terdapat dalam novel yaitu setiap manusia harus mampu menerima segala kekurangan pasangan hidupnya karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini.
- Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (menurut Jones, 1986:33). Penokohan digolongkan dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penokohannya dalam suatu cerita dan merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
Tokoh utama dalam novel “Di Ujung Jalan Sunyi” karya Mira W. Ialah Adelia (istri) dan Hiskia (suami). Karena mereka sangat berperan dalam setiap cerita atau peristiwa dan semua tokoh atau pelaku berpusat padanya.
- Tokoh Utama Adelia
Tokoh utama Adelia sifatnya ramah, lemah lembut, pemurah. Dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini:
“Karena terkenal ramah, lemah lembut dan pemurah, mahasiswa-mahasiswa itu sangat menyukai Adel. Tetapi cuma seorang di antara mereka memperoleh perhatian khusus”. (DJS hal. 40)
Adel juga bersifat baik, sabar dan keibuan. Dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini:
“Dia memang perempuan yang sangat baik. Belum pernah Hiskia menemukan perempuan sebaik dan sesabar dia… perempuan yang selalu mengingatkannya pada Kak Tia…
Sikapnya yang selalu keibuan malah membangkitkan keinginan Hiskia untuk bermanja-manja. Sebaliknya kepasrahannya menghadapi setiap rintangan kadang-kadang membangkitkan keinginan Hiskia untuk melindungi dan mengayominya”. (DJS hal. 42)
Selain itu Adel juga bersifat setia. Dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini:
“Apa sebenarnya kekurangan Adel? Pikir Hiskia malam itu, di pembaringan Pia. Dia sempurna sebagai wanita. Tidak ada kekurangannya sebagai istri dan ibu. Dia setia. Sabar. Terampil melayani suami dan anak-anaknya”. ( DJS hal. 66).
- Tokoh Utama Hiskia
Tokoh utama Hiskia sifatnya perhatian. Dapat dilihat dari kutipan novel dibawah ini:
“Perhatian Hiskia kepada anak-anaknya tidak pernah berkurang. Malah cenderung berlebihan. Barang kali untuk kompensasi perasaan bersalahnya. Dia membawakan begitu banyak hadiah untuk anak-anak sebagai penebus dosa. Penyilih waktunya yang lebih sedikit kepada mereka”. (DJS hal. 30)
Hiskia bersifat diktator. Dapat dilihat dari kutipan dibawah ini:
“Ya, kadang-kadang Hiskia memang terlalu dominan. Terlalu bersifat diktator. Perintahnya absolut. Keinginannya mutlak harus dituruti.
Dia yang menentukan mereka makan di mana. Makan apa. Siapa yang boleh mereka ajak. Ke mana mereka pergi kalau libur. Berapa lama mereka menginap.
Pendeknya, semua keputusan berada di tangannya. Wewenangnya mutlak sebagai kepala keluarga. Anak-isterinya cuma menurut saja”. (DJS hal. 158).
b.Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan bersifat gradasi, keutamaannya bertingkat maka perbedaan antara tokoh utama dan tambahan tidak dapat dilakukan secara pasti. Tokoh tambahan dalam novel “Di Ujung Jalan Sunyi” karya Mira W. yaitu:
- Sopia Husein. Dia adalah manager Hiskia. Dia adalah wanita yang memisahkan Hiskia dengan Adel dan anak-anaknya. Dapat dilihat dalam kutipan novel di bawah ini:
“Pia memang telah memisahkannya dari isteri dan anak-anaknya. Tetapi Hiskia tidak ingin menumpahkan kesalahan itu dibahunya. Jika ada yang harus disalahkan, dia-lah yang harus bertanggung jawab! Bukan Pia.
Dia cedas. Pengetahuannya luas. Tidak percuma titel MBA yang disandangkan jauh-jauh dari London. Dia memang pantas menyandang gelar mentereng itu. Hanya dalam tiga belas bulan saja dia bekerja di kantor Hiskia, dia telah mampu memporak- porandakan rumah tangga bosnya yang telah berlangsung tiga belas tahun….” (DJS hal. 8-9)
- Dokter Hendarto. Dia seorang psikiater yang telah membuat kepercayaan Adel tumbuh kembali. Dapat dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Ketika dalam keadaan seperti ini muncul figur Dokter Hendarto, kepercayaan diri Adel muncul kembali. Ternyata masih ada seorang laki-laki terhormat yang demikian memperhatikannya.
Sebaliknya psikiater itu mengerti sekali apa yang dibutuhkan Adel. Dia memberi perhatian khusus kepada Adel hampir di setiap kesempatan. Dan dia memperlakukan wanita itu seolah-olah dia seorang wanita yang sangat berharga dan menarik. Bukan janda yang sudah kehilangan daya pikat”. (DJS hal. 129)
Hendarto juga bersifat sabar dan humoris. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Dan kesan itu telah mengguratkan impresi yang dalam dihati Adel. Lelaki ini sangat menyukai anak-anak. Dia sabar. Humoris. Selalu memandang semua persoalan dari segi yang positif”. (DJS hal. 128)
- Swarga adalah anak Adel dan Hiskia yang pertama sifatnya pendiam dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini:
“Kakaknya lain lagi. Swagra tidak berkata apa-apa. Tidak menanyakan apa-apa. Tidak protes. Tidak menggugat. Bahkan tidak mau mendekati ayahnya. Hiskia-lah yang menghampirinya ketika hendak berangkat”. (DJS hal. 7)
- Nirwana adalah anak Adel yang kedua, sikapnya lucu dan manja. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Nirwana bukan hanya manis. Dia manis. Cerdas. Pintar sekali mengajuk hati anaknya. Dia jauh lebih manja dari kakaknya”. (DJS hal. 14)
- Jusuf Karam adalah kepala bagian personalia di kantor Hiskia. Dapat dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Hari itu, tiga belas bulan yang lalu, Jusuf Karma, kepala bagian personalia diperusahaannya, memperkenalkan seorang manajer baru.
“Dalam seleksi yang kita adakan untuk memilih seorang manajer keungan, ternyata nona Sopia Husein MBA telah berhasil mengalahkan tiga orang calon lain, pak,’ sambung Jusuf begitu membaca kekecewaan yang sekilas bersorot di mata direkturnya” . (DJS hal. 21).
- Roni, Heri dan Kunto, mereka adalah teman Hiskia ketika kuliah. Dapat dilihat dari kutipan novel dibawah ini:
“Wah, mbak Adel terlalu muda buat jadi ibu saya!” celetuk Roni, mahasiswa yang paling sering menggodanya. “dan terlalu cantik!” (DJS hal. 41).
“Rasain lu, Ron!” Heri tertawa geli. “Satu kosong!” “Ah, mbak Adel ga tua kok!:” bantah Roni tidak mau kalah. “Umur kita kan cuma beda beberapa tahun! Mbak pintar masak lagi. Roni melamar deh, Mbak!”
“Jangan kurang ajar lu, Ron!” sambar Kunto sambil melirik Hiskia.” Ntar ada yang marah!” (DJS hal. 42)
c. Tokoh Bayangan
Tokoh bayangan adalah tokoh yang hanya dibicarakan tetapi tidak hadir. Biasanya hanya disebutkan namanya saja dalam sebuah cerita. Berikut tokoh bayangan serta kutipannya dalam novel “Di Ujung Jalan Sunyi” karya Mira W.
-Mas Toto
“Mas Toto telah lama pergi. Dan selama ini Adel beranggapan, tak ada lelaki lain yang mampu menggantikannya. Tetapi… Mengapa kini seorang pemuda kemarin sore mampu menggetarkan kembali senar-senar emosinya yang telah lama terdiam”. (DJS hal. 49)
-Atok
“Hiskia hanya mengangguk. Wajahnya muram. Tatapannya berlumur sesal dan duka. ‘mana si Atok?’ ‘kok si Atok yang dicari?’ ‘turunkan koper”. (DJS hal. 18)
- Ibu dan Ayah Hiskia
“Ibu Hiskia meninggal ketika melahirkannya. Ayahnya tidak pernah menikah lagi. Hiskia dan kakak perempuannya hidup tanpa kasih sayang seorang ibu”. (DJS hal. 39)
- Kak Tia
“Tetapi Hiskia tidak pernah memikirkan perkawinan sampai musibah itu terjadi. Ayahnya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil bersama Kak Tia dan suaminya”. (DJS hal. 42)
- Suster Surti
“Jangan khawatir, Adel. Kami akan menjaganya baik-baik. Kamu sudah kenal Suster Surti, kan? Dia perawat berpengalaman”. (DJS hal. 186)
- Plot atau Alur
Pemplotan atau alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautnya dapat diwujudkan dalam hubungan tempolar atau waktu dan oleh hubungan sebab akibat, menurut KBBI tahun 1998).
Berdasarkan kriteria urutan waktu alur dalam novel “Di Ujung Jalan Sunyi” karya Mira W. ialah alur campuran (maju-mundur). Dimana jalan cerita masih tetap maju tetapi pada tahap tertentu terdapat peristiwa yang ditarik kebelakang.
Dalam novel Di Ujung Jalan Sunyi karya Mira W. peristiwa yang mundur terdapat pada bab 5, bab 6, bab 7 sub 1 dan 2. Dalam bagian tersebut terdapat peristiwa Hiskia dan Adel ketika belum menikah dan peristiwa Hiskia ketika masih kuliah dan Adel masih menjadi ibu kos.
- Setting
Setting diterjemahkan sebagai latar cerita. Setting adalah sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan. (menurut Abrams, 1981:175)
a. Latar Tempat
Latar tempat merupakan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur yang digunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu dengan nama jelas. Latar tempat dalam novel “Di Ujung Jalan Sunyi” dapat dilihat dari kutipan di bawah ini
- Di bioskop. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Hiskia tidak melepaskan lagi tangan Adel dari genggamannya. Juga sesudah film selesai dan mereka sama-sama keluar dari dalam bioskop”. (DJS hal. 48).
- Halte bus. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Tangan Adel tetap digenggamnya. Dibimbingnya wanita itu ke halte bus yang terletak di depan bioskop”. (DJS hal. 48)
- Restoran. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Ketika memasuki sebuah restoran, Hiskia baru melepaskan tangan Adel ketika dia menarikkan kursi untuk wanita itu. Sikapnya malam ini memang terasa sangat berbeda. Anak muda yang biasanya lugu dan manja itu seperti berubah menjadi lelaki dewasa dalam semalam saja”. (DJS hal. 49)
- Rumah. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Ketika Hiskia memarkir mobilnya di halaman, Pia keluar dari dalam rumah. Tegak menunggu di beranda rumahnya. Dan melihat penampilannya saat itu, sekali lagi Hiskia menghela nafas”. (DJS hal. 15)
- Cottage. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Hiskia tinggal mengangkat telepon di mobilnya untuk minta disiapkan tempat. Dan ketika mereka sampai di sana, cottage yang mereka pesan telah dalam keadaan siap sedia. Semua sudah rapi. Kunci sudah tergantung dipintu. Tidak ada orang disana. Tidak ada pelayan di sana. Tidak ada tetangga. Cottage lain disekitar mereka juga tampak sepi”. (DJS hal. 33)
- Kantor. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Hiskia menutup pintu kamar kerjanya. Agak terlalu keras sampai sekretarisnya menoleh dengan terkejut”. (DJS hal. 23)
b. Latar Sosial
Adalah merupakan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut “mengapa anda begitu baik pada saya, dokter?” “Lho, ini termasuk tugas sosial saya! Saya sedang mengobati anda dengan terapi kerja!” (DJS hal. 100-101)
c. Latar Waktu
Adalah latar yang berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaikan dengan peristiwa. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Dalam tiga belas tahun hidup perkawinan mereka, entah sudah berapa puluh kali Adel membereskan koper Hiskia. Setiap kali suaminya hendak berpergian. Karena kebiasaan itu, Adel masih bersedia membereskan koper laki-laki itu sekali pun mereka sudah resmi bercerai”. (DJS hal. 5)
Kutipan di atas menjelaskan tentang kebiasaan Adel selama tiga belas tahun yang selalu membereskan koper ketika Hiskia akan bepergian.
d. Latar Alat
Adalah benda-benda yang digunakan tokoh dalam sebuah cerita dan hubungan dengan suatu lingkungan kehidupan tertentu. Dapat dilihat dari kutipan novel berikut ini “Dengan sedih Hiskia masuk ke mobilnya. Seorang diri. Tidak seorang pun dari mereka mengantarnya ke luar”. (DJS hal. 8)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa latar alat yang digunakan adalah mobil.
“Ketika bus datang, Adel mendahului masuk. Tetapi Hiskia bersiap melindunginya dari belakan. Membimbingnya mencari tempat duduk”. (DJS hal. 48)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa latar alat yang digunakan adalah bus.
- Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk ungkapan yang digunakan pengarang. Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Di Ujung Jalan Sunyi karya Mira W. dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini:
“Tatapan matanya kosong. Sekosong air mukanya. Tidak ada gurat kesedihan di sana. Apalagi kemarahan. Dia tampak pasrah saja. Tidak bertanya. Enggan menggugat.”(DJS Hal. 7)
“Bukan udara pantai yang mengeringkan kerongkongannya. Bukan. Bukan pula vetsin yang terlalu banyak dalam makanan tadi. Tetapi ingatannya kepada Adel. Perasaan bersalahnya itu yang menyita air liurnya”. (DJS, hal 35)
“Kini kegusaran Hiskia benar-benar mancapai titik puncak. Mukanya merah padam. Matanya membeliak marah. Kalau tidak ingat Adel bukan istrinya lagi, dia pasti sudah mengamuk”. (DJS, hal 117)
- Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan cara penyampaian cerita oleh pengarang. Dalam novel Di Ujung Jalan Sunyi Karya Mira W. menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang menggunakan nama orang dan kata ganti “DIA”. Hal ini dapat dilihat pada salah satu kutipan di bawah ini:
“Tetapi Hiskia sendiri tidak menaruh perhatian sama sekali pada kopernya. Dia masih repot menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya”. (DJS, hal.5)
KESIMPULAN
Hasil analisis dan kajian novel Di Ujung Jalan Sunyi karya Mira W. Berdasarkan pendekatan struktural dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tema novel tersebut yaitu penderitaan seorang wanita dalam kehidupan perkawinannya. Amanat novel tersebut yaitu perselingkuhan dan kebohongan merupakan awal kehancuran rumah tangga, dan setiap orang harus menerima kekurangan pasangannya karena tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Penokohan terdiri dari dua tokoh utama, Adel dan Hiskia. Delapan tokoh tambahan, yaitu Sopia, Hendarto, Swarga, Nirwana, Jusuf Karma, Roni, Heri dan Kunto. Enam tokoh bayangan yaitu mas Toto, Atok, Ibu dan Ayah Hiskia, Kak Tia dan suster Surti. Alur yang digunakan yaitu alur campuran (maju-mundur). Latar terdiri dari latar tempat yaitu rumah, kantor, cottage, bioskop, restoran dan halte bus, latar waktu yaitu tiga belas tahun lamanya rumah tangga Adel dan Hiskia, latar alat yaitu mobil dan bus. Sudut pandang menggunakan sudut pandang orang ketiga.